Archive for Oktober 2010

Perkembangan Teori Atom


.

1. Teori Atom John Dalton (1803)

Dengan berdasarkan dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) yang berbunyi “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”, dan hukum susunan tetap (hukum prouts) yang menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”, mbah Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
- Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
- Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
- Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
- Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Namun, teori beliau mamiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.




2. Teori Atom J. J. Thomson (1900)

Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, pakde Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, beliau memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”
Model atom pakde Thomson ini dapat digambarkan sebagai onde-onde, daging onde-onde yang bermuatan positif ditaburi oleh butiran-butiran wijen yang bermuatan negatif.

Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.




3. Teori Atom Rutherford (1910)

Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Marsden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat pakde Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:
-Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
-Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
-Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, om Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa "Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif."

Teori ini memiliki kelemahan, yakni tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.






4. Teori Atom Bohr (1913)

Pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom om Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan mas Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, mas Bohr mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut:
-Dalam atom terdapat lintasan-lintasan tempat elektron mengorbit inti tanpa disertai pemancaran atau penyerapan energi, lintasan ini disebut kulit atom. Tiap lintasan dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, O, P, dan Q.
-Elektron hanya diperbolehkan berada pada lintasan yang tersedia. Lintasan yang ditempati elektron bergantung pada energinya.

-Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran atau penyerapan energi tertentu.

-Jumlah elektron maksimum yang dapat menempati masing-masing kulit sesuai dengan rumus 2n
2.


5. Teori Atom Modern (1926)

Seorang ahli dari Jerman, Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.



Ciri khas model atom mekanika kuantum:
1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
3. Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.